Mengenal Musik Tradisional Korea
Musik tradisional Korea hadir dalam
berbagai bentuk, mulai dari musik istana yang hanya dimainkan
saat ada upacara-upacara khusus,
hingga lagu-lagu
rakyat yang dimainkan oleh para petani di desa. Saya tertarik dengan musik tradisional Korea, berawal
dari melihat drama Korea yang kadang menyelipkan seni musik tradiosionalnya.
Nah, berikut ini adalah beberapa dari sekian banyak genre dan gaya
musik tradisional asal negeri ginseng.
SANJO
Secara harfiah, sanjo berarti
“melodi yang tersebar”. Sanjo ini dimainkan secara solo dan merupakan salah satu
bentuk musik yang membutuhkan keahlian tinggi bagi yang memainkannya. Sanjo bisa dimainkan melalui berbagai macam instrument
sepertigeomungo (sitar
dengan 6 senar), gayageum (sitar dengan 12 senar) dan daegeum (seruling
panjang dari bambu). Selain solo
player utama,
dalam sanjo ada juga pemain janggu (drum) yang bertugas untuk memberi efek
khusus bagi musik utama yang dimainkan. Selain itu pemain janggu juga
meneriakkan seruan-seruan untuk menghubungkan antara penonton dengan musik yang
dimainkan.
Sanjo
dimulai dari tempo yang lambat dan kemudian beralih ke tempo cepat dan
memberikan ruang bagi improvisasi, namun membutuhkan teknik yang tepat dan
musikalitas yang tidak biasa. Sehingga, sanjo seringkali dijadikan tolak ukur
bagi kemampuan seorang pemusik tradisional Korea.
JONGMYO JERYEAK
Adalah nama musik, tarian dan lagu yang menjadi elemen
penting saat ritual peringatan untuk menghormati para raja dan para ratu Korea
masa lampau di Kuil Jongmyo (Jongmyo shrine). Musik yang berasal dari periode Raja Sejong (1418-1450)
dan digunakan di upacara ritual sejak 1463. Pemerintah Korea menamakan Jongmyo Jeryeaksebagai Important Intangible Cultural
Property No. 1 dan UNESCO menempatkan kuil Jongmyo sebagai 1 dari 689
Warisan Budaya Dunia yang memiliki nilai universal yang luar biasa.
PANSORI
Pansori dikenal
sebagai opera tradisional Korea, yang terdiri dari cerita panjang yang
dinyanyikan oleh seorang penampil. Pansori disuguhkan kepada penikmatnya dengan mengkolaborasikan
tiga hal, yaitu aniri (narasi/cerita). sori (bernyanyi), dan ballim (berlakon/akting).
Sama seperti sanjo, seorang performer utama
pansori ditemani oleh seorang pemain perkusi. Pansori merupakan kesenian yang sudah ada sejak jaman dulu
kala hingga abad ke-18. Masa kejayaan pansori adalah di abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Biasanya,
pertunjukan pansori ini
dilakukan selama 8 jam! Tetapi sekarang dipangkas hingga menjadi sekitar satu
hingga dua jam saja.
MINYO
Minyo adalah
lagu-lagu daerah yang mengombinasikan melodi asli dan teks sederhana. Minyo
bisa dinyanyikan oleh semua orang dan tidak membutuhkan keahlian khusus. Ada
sekitar 200 minyo dan sebagian besar adalah lagu yang dinyanyikan saat sedang
bekerja. Lagu-lagu ini sangat diperlukan saat memanen padi misalnya, yang
membutuhkan kerjasama dari banyak orang.
Berdasarkan cirinya, minyo dikategorikan menjadi dua
yaitu tosokminyo dan tongsokminyo.
Sedangkan berdasarkan wilayahnya, minyo bisa dikategorikan menjadi gyeonggi
minyo (Seoul dan gyeonggi), Seodo minyo (Hwanghae-do dan Pyeongan-do), Dongbu
minyo (Gyeongsan-do), Namdo minyo (Jeolla-do) dan Jeju-do minyo.
SAMULNORI
Samul berarti “empat benda” dan samulnori adalah
kuartet perkusi yang terdiri dari buk, janggu, jing, dan kkwaenggwari. Pola musiknya berasal dari musik pedesaan dan juga
musik yang dimainkan oleh para shaman (dukun) yang dimainkan di area terbuka
ditambah dengan atraksi akrobat dan juga gerak tari yang rancak. Prinsip dasar
musik ini adalah kombinasi antara tempo cepat dan lambat yang berganti-gantian.
Para pemain perkusi melakukan improvisasi berdasarkan beberapa pola umum sambil
melakukan penyelarasan antara empat instrumen musik ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar